Beranda | Artikel
Penjelasan Malam Nisfu Syaban
Selasa, 30 Maret 2021

Bismillahirrahmanirrahim

Malam Nisfu Sya’ban atau pertengahan bulan Sya’ban, telah dibahas oleh para ulama saat mengkaji firman Allah Ta’ala,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ * فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ

“Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an di malam yang berkah, dan sesungguhnya Kami yang memberi peringatan. Di malam itu ditetapkan takdir segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad-Dukkhan: 3-4)

Pendapat tentang makna yang berkah

Ada dua pendapat yang menyatakan tentang makna “malam yang berkah” pada ayat ini:

Pertama, malam nisfu sya’ban.

Ulama salaf yang populer memegang pendapat ini adalah Ikrimah Rahimahullah, ulama generasi tabi’in yang menjadi murid dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma.

Ikrimah mengatakan,

أن هذه الليلة هي ليلة النصف من شعبان ، يبرم فيها أمر السنة

“Bahwa yang dimaksud malam yang berkah pada ayat tersebut adalah malam nisfu sya’ban. Di malam itu Allah menetapkan takdir dalam satu tahun.” (Tafsir Al-Qurtubi, 19: 100, Tafsir Ibnu Katsir, 7: 246)

Kedua, malam lailatul qadar.

Pendapat ini dipegang oleh mayoritas ulama (jumhur). (Lihat keterangan ini di Tafsir At-Thabari, 11: 221-223)

Sebagaimana keterangan Ibnu Katsir, setelah menyebutkan ayat di atas, beliau Rahimahullah mengatakan,

يقول تعالى مخبراً عن القرآن العظيم أنه أنزله في ليلة مباركة ، وهي ليلة القدر كما قال عز وجل :{ إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْر} وكان ذلك في شهر رمضان، كما قال: تعالى: { شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزلَ فِيهِ الْقُرْآنُ }

“Allah Ta’ala menceritakan tentang Al-Qur’an yang mulia ini, bahwa Dia menurunkan kitab ini pada malam yang penuh berkah, yaitu malam lailatul qadar. Sebagaimana yang Allah Ta’ala firmankan dalam ayat (yang artinya), ‘Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an di malam lailatul qadar.’ Peristiwa itu terjadi di bulan Ramadhan (pen. bukan bulan Sya’ban). Sebagaimana yang Allah tegaskan (yang artinya), ‘Bulan ramadhan, yang mana di bulan ini diturunkan Al-Qur’an.’” (Tafsir Ibnu Katsir, 7: 245)

Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di Rahimahullah juga menerangkan demikian,

كثيرة الخير والبركة وهي ليلة القدر التي هي خير من ألف شهر، فأنزل أفضل الكلام بأفضل الليالي والأيام على أفضل الأنام

“Malam yang berkah, adalah malam yang banyak kebaikan dan keberkahan. Malam itu adalah malam lailatul qadar, yang lebih baik dari seribu bulan. Maka Al-Qur’an ini Allah turunkan sebagai sebaik-baik ucapan, diturunkan di malam yang paling mulia dan kepada manusia yang paling mulia (Muhammad shalallahu alaihi wa sallam).(Tafsir As-Sa’di, hal. 771)

Baca Juga: Ngalap Berkah

Pendapat yang kuat

Tampaknya pendapat kedua yang lebih kuat. Bahwa makna “malam yang berkah” yang disebut dalam surat Ad-Dukhon ayat 3 dan 4 di atas adalah, malam lailatul qadar, bukan malam nisfu sya’ban.

Hal karena beberapa alasan berikut ini,

– keterangan mayoritas ahli tafsir bahwa makna malam yang berkah adalah malam lailatul qadar.

– diterangkan pada ayat tersebut “di malam itu ditetapkan segala perkara.

Keterangan ini senada dengan ayat yang lain yang berbicara tentang malam lailatul qadar. Yaitu ayat 4 dari surat Al-Qodar,

تَنَزَّلُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذۡنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمۡرٖ

“Pada malam itu turun para malaikat dan Rµh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan.” (QS. Al-Qodar: 4)

Diterangkan dalam tafsir Al-Qurtubi tentang makna ayat ini,

(مِنْ كُلِّ أَمْرٍ): أُمِرَ بِكُلِّ أَمْرٍ قَدَّرَهُ اللَّهُ وَقَضَاهُ فِي تِلْكَ السَّنَةِ إِلَى قَابِلٍ، قاله ابن عباس

“‘untuk mengatur semua urusan‘ maknanya adalah, segala urusan yang ditakdirkan dan ditetapkan Allah di tahun itu sampai tiba tahun berikutnya. Sebagaimana penjelasan Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhuma(Tafsir Al-Qurtubi 23/396).

Pendapat ini dikuatkan oleh Iman Ibnu Jarir at-Thabari di dalam tafsirnya,

والصواب من القول في ذلك قول من قال: عنى بها ليلة القدر, لأن الله جلّ ثناؤه أخبر أن ذلك كذلك لقوله تعالى ( إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ )

“Pendapat yang benar adalah yang menyatakan bahwa malam yang berkah itu maksudnya adalah malam lailatul qadar. Karena Allah Ta’ala (di ayat yang lain) mengabarkan bahwa laillatul qadar adalah seperti demikian. Berdasarkan firman Allah Ta’ala (yang artinya), ‘Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.’(Tafsir At-Thabari, 11: 221)

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah juga menguatkan pendapat yang kedua ini. Beliau Rahimahullah mengatakan,

ومن قال : إنها ليلة النصف من شعبان -كما روي عن عكرمة-فقد أبعد النَّجْعَة فإن نص القرآن أنها في رمضان

“Oleh karenanya, siapa yang berpendapat bahwa yang dimaksud malam pada ayat di atas adalah malam nisfu sya’ban – sebagaimana riwayat dari Ikrimah – maka itu pendapat yang terlalu jauh. Karena nash Al-Qur’an tegas menerangkan bahwa malam itu ada di bulan Ramadhan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 7: 246)

Wallahu a’lam bis shawab.

Baca Juga:

Ditulis oleh : Ahmad Anshori

Artikel : Muslim.or.id

Referensi:

  • Jami’ Al-Bayan Fi Takwil Al-Qur’an (Tafsir At Tobari), karya : Abu Ja’far Muhammad bin Jarir at-Tobari, penerbit : Dar Al Kutub Al Ilmiyah.
  • Tafsir Al Qur’an Al ‘Adhim (Tafsir Ibnu Katsir, karya : Abul Fida’ Ismail bin Umar Ibnu Katsir, tahqiq : Sami As-Salamah, penerbit : Dar Thoyyibah – Riyadh, th. 1420 H / 1999 M.
  • Al-Jami’ Liahkam Al Qur’an (Tafsir Al Qurtubi), karya : Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr Al-Qurtubi, tahqiq : Dr. Abdullah At Turki, penerbit : Mu-assasah Ar-Risalah – Damaskus, cet. 1 th. 1434 H / 2013 M.
  • Al Kariim Ar Rahman fi Tafsir Kalam Al Mannan (Tafsir As-Sa’di), karya : Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, penerbit : Mu-assasah Ar-Risalah, cet. 1 th. 1423 H / 2002 M.

 


Artikel asli: https://muslim.or.id/61895-penjelasan-malam-nisfu-syaban.html